Indonesia, Kualitas Udara Terburuk di ASEAN

Halo Sahabat Berdikari!

Kalian tau ga sih kalau menurut laporan World Air Quality Report dari IQAir, Indonesia
menempati posisi pertama sebagai negara dengan kualitas udara terburuk di ASEAN!

Bahkan dalam dua pekan terakhir, Jakarta telah beberapa kali menduduki peringkat pertama
sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia berdasarkan data IQAir.

Menurut Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Direktorat Jenderal Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian LHK, Luckmi Purwandari,
mengatakan bahwa kualitas udara Jakarta di bulan Mei, Juni, Juli, Agustus setiap tahunnya
lebih buruk dibanding bulan-bulan lainnya.

Pencemaran udara di Ibukota berada di angka 167 dan masuk dalam kategori tidak sehat.
Udara segar baru bisa dihirup sebelum matahari terbit. Setelah matahari terbit, udaranya
tidak segar.

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengatakan bahwa sumber polutan SO2 terbesar
berasal dari sektor industri yaitu sebesar 61,96%. Sedangkan sumber polutan lainnya
seperti NOX, CO, PM10, dan PM2,5 mayoritas berasal dari sektor transportasi.

Menurut greenpeace, penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta adalah asap batu bara.
Hampir seperlima polusi berasal dari pembakaran batu bara. Sebab Jakarta diapit oleh 8
PLTU batu bara dalam radius 100 km, serta dikelilingi 118 fasilitas industri.

Kondisi ini pun mengkhawatirkan warga Jakarta yang kesehatannya terancam, karena dapat
menyebabkan katarak, asma, radang, kanker paru-paru, dan penyakit lainnya.

Menanggapi hal ini, Presiden Jokowi melakukan pendekatan melalui peraturan dan
kebijakan, insentif dan disinsentif, pengawasan, pembinaan, reward dan penalty,
mendorong partisipasi dan sinergi semua stakeholder dalam perbaikan kualitas
udara, serta penegakan hukum. Dari segi polutan industri, mereka melakukan
pengendalian sektor industri, penghijauan pada sarana & prasarana publik dan peralihan ke
energi terbarukan. Dari segi mobilitas, upaya Pemprov DKI Jakarta mencakup peremajaan
dan uji emisi kendaraan umum & pribadi, ganjil genap, tarif parkir, congestion pricing,
pembatasan usia kendaraan, peralihan moda transportasi, serta peningkatan kenyamanan
dan fasilitas pejalan kaki.

Nah! kalau menurut Sahabat Berdikari, solusi yang tepat apa?